PSIKOLOGI PENDIDIKAN || MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAR MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
A.            Latar belakang
Secara definitif arti psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Karena itu psikologi pendidikan dengan tindakan belajar mempunyai hubungan yang sangat erat. Psikologi pendidikan, sebagai sebuah tindakan dan treatment dalam pengembangan pendidikan, dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, penguasaan terhadap psikologi belajar adalah vital, sehingga dia dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
                       Memahami pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada orang lain mempunyai implikasi bahwa murid terbebani untuk selalu menjadi wadah dan objek dari penyebaran pengetahuan tersebut. Akibatnya, seringkali pendidik dan terdidik sama-sama terbebani anggapan tersebut, sehingga proses penyampaian materi pendidikan seperti hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tanpa mengindahkan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membantu proses transfer pengetahuan tersebut, atau bahkan dengan memakai tindakan-tindakan represif yang tidak edukatif.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru secara personal dapat melibatkan kondisi-kondisi tertentu yang secara psikologis sangat berterima. Murid dapat menikmati proses pendidikan tanpa harus terbebani harus dapat memahami ini dan itu. Karena pada dasarnya dia secara langsung atau tidak dengan mudah merekam apa yang telah disampaikan oleh guru. Psikologi pendidikan juga dapat membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.
Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Demikianlah, seorang guru yang memahami eksistensinya sebagai penengah yang menyampaikan pengetahuan kepada murid akan selalu mencari hal-hal baru yang dapat membantu terselenggaranya pendidikan dengan baik. Artinya, memahami psikologi pendidikan adalah sangat diperlukan mengingat beragamnya variable yang ada dalam kelas. Kemampuan guru dalam memahami muridnya sesuai tingkat penyerapan terhadap materi adalah salah satu bentuk penerapan psikologi dalam proses belajar mengajar. Selebihnya masih banyak variable psikologi yang bisa diaplikasikan.
B.            Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari mutu proses dan hasil belajar mengajar ?
2.      Bagaimana peranan psikologi pedidikan dalam mutu proses hasil belajar mengajar?
3.      Jelaskan tentang indikator mutu proses belajar mengajar dalam pendidikan?
4.      Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar?












BAB II
PEMBAHASAN

A.            Pengertian mutu pendidikan
Kamus Besar Bahasa Indonesia  mendefinisikan mutu sebagai ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas: meningkatkan-pendidikan. Oleh karenanya dalam konteks ini mutu diartikan sebagai ukuran kualitas pendidikan yang dapat dilihat dari aspek input, proses, output bahkan outcome dari pendidikan itu sendiri.
Pemahaman masyarakat secara umum menyatakan bahwa mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, berupa barang maupun jasa. Di sisi lain mutu merupakan gambaran karekteristik  menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Secara teoritis, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami arti mutu. Pertama, mutu mencerminkan suatu karekteristik yang dimiliki. Kedua yang disebut pendekatan matafisik (metaphysical belief), mutu dipandang sebagai sesuatu yang bisa diukur.
Pada konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup pada: masukan (input), proses, luaran (output) dan dampaknya.
1.     Mutu masukan (input) dan dampaknya yaitu :
·      Dari kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti  kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan sisiwa
·      Memenuhi atau tidaknya criteria masukan berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana sekolah, dan lain-lain
·      Memenuhi atau tidaknya kriteria input yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan perundang undangan, struktur organisasi sekolah, deskripsi kerja/tugas , rencana dan program
·      Input yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi misi, motivasi, ketekunan dan cita cita,sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah
Pada sisi kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, kesisapan input merupakan tolak ukur dari mutu input yang akan diproses dalam pendidikan

2.      Mutu proses pendidikan
(Januszewski dan Molenda, 2008:197). menyatakan bahwa  proses dilambangkan sebagai serangkaian tindakan atau prosedur atau fungsi yang mengarah kepada satu hasil yang ingin dicapai. Sebuah proses biasanya menghasilkan salah satu dari jenis hasil, yaitu sebuah produk atau proses lainnya sebagai lanjutan dari proses utama.
Proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.
Pada konsep mutu pendidikan dilihat dari aspek prosesnya maka mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Beberapa hal yang diharapkan memiliki nilai tambah tersebut adalah: derajat kesehatan, keamanan, kedisiplinan, keakraban, saling menghormati, dan kepuasan.
Proses dapat dikatakan memiliki mutu yang baik apabila koordinasi dan keserasian serta pemaduan input dilakukan dengan baik sehingga mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan mampu memberdayakan peserta didik.

3.   Output pendidikan merupakan kinerja sekolah
Output is as final product; the things produced; the quantity of something (as a commodity) that is created (usually within a given period of time .Berdasarkan devenisi di atas bahwa output adalah produk akhir atau produk yang dihasilkan, kuantitas sesuatu yang dibuat dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan definisi mengenai output maka dalam pendidikan kinerja sekolah merupakan salah satu bentuk output yang dapat diukur. Hal yang dapat diukur tersebut berupa prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur mutunya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, mutu kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Proses pendidikan dapat dikategorikan bermutu jika memiliki kriteria yang telah ditetapkan, diantaranya:
a)      Prestasi akademik seperti nilai ulangan umum, EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik;
b)      Prestasi non akademik, misal: Iman dan taqwa, kejujuran, kesopanan, olahraga , keseniaan, keterampilan, kejuruan dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya

Dari uraian masing-masing komponen dalam pendidikan tersebut maka dapatlah dipahami untuk menilai sekolah yang memiliki standar mutu yang baik tidaklah instan dan mudah sebab dibutuhkan keterlibatan masing-masing unsur tersebut mulai dari input, proses dan ouput, proses yang sinergis antar berbagai elemen, wujud kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan masyarakat erat, dan adanya kesadaran bersama bahwa input, proses dan ouput sekolah merupakan hasil kolektif teamwork yang kuat dan cerdas. Semua unsur tersebut harus berjalan seirama dan saling mendukung antara unsur yang satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

B.               Pengertian hasil belajar mengajar

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari proses pengetahuan melalui pengalaman dan pikiran. Pada prinsipnya belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang berkesinambungan yang memiliki tujuan dan terarah secara positif dan rasional.
Belajar merupakan proses menciptakan nilai tambah kognitif, afektif dan psikomotor. Pemahaman guru  akan  pengertian  dan  makna  belajar  akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Guru yang memahami belajar hanya sekedar agar murid bisa menghafal, tentu beda cara  mengajarnya dengan guru yang memahami belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku. Untuk itu guru penting memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar.
Mengajar adalah proses interaksi dan mengorganisasi untuk menciptakan kondisi belajar. Mengajar identik dengan kata pengajaran (teaching) dan kata pembelajaran (Learning), namun pada dasarnya pengajaran berbeda dengan pembelajaran. Perbedaan keduanya bukan hanya terletak pada arti leksikal, namun juga pada implementasi kegiatan belajar mengajar. Menurut Agus Suprijono, pengajaran adalah proses penyampaian yang melahirkan konstruksi belajar mengajar berpusat pada guru, sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mempelajari yang berpusat pada peserta didik.       Mengajar dalam perspektif pengajaran yaitu mengajari peserta didik, guru menyampaikan pengetahuannya dan siswa sebagai penerimanya, peserta didik dianggap botol kosong yang harus diisi atau layaknya rekening yang berisikan catatan-catatan investasi yang dilakukan guru dan gurunya adalah investor. Paulo Freire menganalogikan pengajaran sebagai banking concept of education (pendidikan gaya bank) atau dalam istilah Muska Mosston disebut pengajaran gaya komando. Berbeda dengan pembelajaran, Mengajar dalam perspektif pembelajaran yaitu guru berupaya untuk mengorganisir lingkungan terjadinya proses pembelajaran dengan menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, pembelajaran lebih bersifat interaktif, organik dan konstruktif  bukan emperatif dan mekanis seperti halnya pengajaran. Pembelajaran merupakan pengkombinasian unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam perspektif pembelajaran inilah yang tepat untuk dijadikan acuan dalam mengartikan mengajar, karena mengajar dalam proses pendidikan sebenarnya tidak hanya sekadar menyampaikan materi yang akan diajarkan, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur, mengorganisasi lingkungan supaya terciptanya kondisi belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar mengajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran  khusus dari bahan tersebut.
Maka dapat disimpulakan mutu proses hasil belajar mengajar adalah mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.





C.               Peranan psikology pendidikan dalam mutu proses hasil belajar mengajar
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam:
  1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
  2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
  3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :
  1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology)
  2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
  3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
  4. Perkembangan siswa (growth).
  5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).
  6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
  7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning)
  8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
  9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip  dasar dan batasan-batasan pengukuran/ evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).
  10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)
  11. . Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).
  12. Ilmu statistic dasar (element of statistics).
  13. Kesehatan rohani (mental hygiene).
  14. Pendidikan membentuk watak (character education).
  15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects).
  16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school).
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
D.                  Indikator mutu proses pendidikan[
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, antara lain menerbitkan peraturan perundangan, mengadakan penataran bagi para guru, menyediakan buku-buku pendidikan dan pengembangan kurikulum yang ada. Selain itu secara fisik, pemerintah telah menambah jumlah gedung-gedung sekolah di seluruh Indonesia, serta melengkapi sekolah dengan berbagai sumber belajar lain seperti media pembelajaran, kotak percobaan IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan sebagainya.
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau tidak mau harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi.
Lundvall seperti dikutip oleh Mansell dalam laporan untuk UNSCTD (1998:11) menyatakan bahwa kunci pembangunan ekonomi terletak pada pengetahuan, dan karena itu proses yang terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah belajar; belajar sifatnya interaktif dan terjalin dalam proses di masyarakat. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan inti dari pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) melalui pendidikan setiap orang dapat belajar; 2) dengan belajar orang akan menguasai kompetensi tertentu; 3) dengan menguasai kompetensi orang dapat berkarya atau memberikan jasa; 4) dengan berkarya atau memberikan jasa mereka dapat memperoleh penghasilan; 5) dengan memperoleh penghasilan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa berkembang; 6) dengan adanya kebutuhan yang semakin berkembang maka akan berkembang pula produksi dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan; 7) dan dengan perkembangan produksi dan perdagangan ini maka ekonomi dapat tumbuh dan maju.
Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar, efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara itu masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarrnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi. Seringkali masyarakat juga berpendapat bahwa mutu selalu berkaitan dengan biaya, yaitu mutu yang tinggi selalu berarti dengan biaya yang tinggi. Padahal biaya yang tinggi tidak selalu menjamin mutu yang baik, apalagi karena sekarang ini sedang terjadi gejala komersialisasi pendidikan, yang berorientasi kepada sekolah yang “menjual citra dan ijazah”.




E.             Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu proses hasil belajar mengajar
a.       Faktor internal dan eksternal
b.      Faktor pendidik dan peserta didik
c.       Faktor media pembelajaran
d.      Faktor infrastruktur pembangunan
e.       Faktor kurikulum
f.       Faktor metode dan startegi
g.       Faktor system management sekolah
h.      Faktor eveluasi




















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa,
Mutu proses hasil belajar mengajar adalah mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
2.       Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
3.       Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif
6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil
Saran

Dengan pembahasan ini kita sebagai calon pendidik diharapkan dapat mengetahui bagaimana peran psikologi dalam pendidikan sehingga dapat memahami diri bagaiamana sebagai seorang pendiidik dalam megetahui peserta didik yang memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga tujuan dalam meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik dapat terwujud. 

Comments

Popular Posts