PSIKOLOGI PENDIDIKAN || Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa
kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap
kelas merupakan untuk kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub
sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem.
Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat
tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas
masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan
kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh karena itu setiap guru kelas atau wali kelas sebagai
pimpinan menengah (middle manager) atau administrator kelas, menempati posisi
dan peran yang penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan
memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan
sekolah secara keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen
penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai
suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di agar sebagai suatu
kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di dalam organisasi sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Agar makalh ini dapat tersusun secara sistematis maka di
berikan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pengertian dan
Tujuan pengelolaan kelas
2. Faktor yang
mempengaruhi pengelolaan kelas
3. Pendekatan Dalam
Pengelolaan Kelas
4. Prinsip- prinsip dalam
pengelolaan kelas
5. Penataan ruang kelas
6. Pengaturan siswa dalam
kelas
7. Indikator pengelolaan
kelas
C. Batasan Masalah
Dengan harapan bahwa kita nantinya akan
menemukan keseragaman dalam berfikir dan membahas hal-hal yang ada dalam
makalah ini, maka penulis mencoba memberikan batasan masalah yang akan
dijadikan rujukan pembahasan. Adapun batasan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud
dengan pengelolaan kelas
2. Apa Tujuan dari pada
pengelolaan kelas
3. Apa pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan kelas
4. Bagaimana penatan
ruang kelas
5. Bagaimana pengaturan
siswa dalam kelas
6. Faktor apa yang
mempengaruhi menejemen pengelolaan kelas
7. Apa indicator
keberhasilan dalam pengelolaan kela
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran. Pengeloaan kelas merupakan salah satu tugas guru yang tidak
pernah di tinggalkan guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan
tugasnya. Pengeloaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan bejar yang
baik bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efesien. ketika kelas terganggu guru berusaha mengembalikannya agar tidak
menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas
yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan, karena ada tujuan itulah guru selalu
berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran
dirasakan. Guru sadar tanpa pengelolaan kelas dengan baik maka akan menghambat
kegiatan belajar mengajarnya.
Secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam –macam kegiatan, belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosial dan
intelektual dalam kelas[1].
Suharimi
Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efesien, menurutnya dari sebuah kelas yang tertib
adalah apabila :
Setiap anak terus bekerja, tidak macet artinya tidak anak yang terhenti karena
tidak tahu, ada tugas yang harus dilakukan dan Setiap anak harus melakukan
pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap anak akan bekerja secepatnya
supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi
Pengelolaan Kelas
a. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat
siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga
sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam mendidik anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari
aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya.
Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya.
Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi
pembentukan pribadi siswa. Dengan kata lain aktivitas sebuah kelas sangat
dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan di sekolah. Suatu kelas akan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah
dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.
Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional
akan mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara statis. Kurikulum
tradisional diartikan sebga sejumlah materi pengetahuan dan kebudayaan hasil
masa lalu yang harus dikuasai murid untuk mencapai suatu tingkat tertentu,
yang dinyatakan dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian ijazah kepada
murid tersebut. Di dalam kurikulum seperti itu mata pelajaran diberikan secara
terpisah-pisah (subject certerd curriculum0 yang pada umumnya bersifat
intelektualistis.
Sekolah yang diselenggarkan dengan kurikulum modern pada
dasarnya akan mampu menyelenggarakan kegiatan kelas yang bersifat dinamis.
Kurikulum modern diartikan sebagai semua kegiatan yang berpengaruh pada
pembentukan pribadi murid, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar
kelas/sekolah, termasuk di dalamnya lingkungan sekitar yang bersifat non
edukatif seperti warung sekolah, pesuruh, kondisi bangunan dan sarana sekolah
lainnya,
Kedua kurikulum tersebut di atas kurang serasi dengan
kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu
pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap
otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid. Kurikulum itu tidak
akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi berdasarkan minat, bakat,
kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda. Antara murid yang satu
dengan murid yang lain dalam satu kelas.
Segala sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk
dilaksanakan di kelas sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan,
yang bahkan menutup kemungkinan guru mengembangkan kegiatan berdasarkan
inisiatif dan krativitasnya sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.
Dipihak lain kurikulum modern yang menekankan pada
perkembangan individu secara maksimal, akan mencerminkan kebebasan atas dasar
demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakannya secara efektif
kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk
sosial dan makhluk Tuhan Yang maha Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha mengintegrasikan kedua
kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga pendidikan formal di Indonesia agar
serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kurikulum harus
dirancang sebagai sejumlah pengalaman edukatif yang menjadi
tanggungjawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya,
yang diselenggarakan secara berencana, sistematik dan terarah serta
terorganisir. Sekolah yang dirancang dengan kurikulum seperti itu, memungkinkan
kegiatan kelas tidak sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi
pelajaran/pengetahuan yang bersifat intellectualistic, akan tetapi juga
memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan
makhluk sosial maupun sebagai makhluk bermoral.
Dengan kurikulum seperti disebutkan terakhir berarti isi
pendidikan di dalam kegiatan kelas untuk setiap jenjang/tingkat sekolah harus
dirancangkan sebagai berikut:
1. Tingkat
Taman Kanak-Kanak
Kurikulum pada tingkat ini harus dirancang untuk
memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan agar anak-anak belajar bergaul,
belajar mempergunakan alat-alat yang sederhana, memperoleh ketrampilan dasar
atau tingkat permulaan dan dapat bekerja sama dalam bermain walaupun pada
tingkat ini kecenderungan dalam bermain masih bersifat individual.
2. Tingkat
Sekolah Dasar
Kurikulum pada tingkat ini pada tahap permulaan atau
kelas-kelas rendah harus dirancangkan untuk memungkinkan kelas melanjutkan kegiatan-kegiatan
atau program-program di taman kanak-kanak. Selanjutnya sesuai dengan kematangan
anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dengan kematangan anak-anak, secara
bertahap kurikulum harus dikembangkan juga untuk mempelajari fakta-fakta
pengetahuan yang sederhana.
Pengembangan kebiasaan berpikir secara kreatif
dan pembentukan watak berdasarkan sistem nilai-nilai tertentu. Untuk itu dapat
dilaksanakan berbagai kegiatan kelas baik yang dilakukan secara individual
maupun secara bersama-sama.
3. Sekolah
Lanjutan/ Menengah
Kurikulum pada tingkat ini harus dirancangkan untuk
memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan
melakukan eksplorasi dan eksperimentasi guna memberikan pengalaman intelektual
dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri.
4. Tingkat
Perguruan Tinggi
Kurikulum pada tingkat ini dirancangkan untuk memungkinkan
kelas menyelenggarakan kegiatan membantu perkembangan individual secara
maksimal dalam rangka menguasai keahlian profesional tertentu.
B. Bangunan dan Sarana
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah
sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasi nya
yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah sedangkan ruang/gedung bersifat permanen, maka
diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia
berdasarkan kurikulum yang dipergunakan.
Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan
ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di
kelas yang tatap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya.
Bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan
kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-program yang telah
dikelompokkan secara integrated. Di samping ruangan disusun berdasarkan bidang
studi yang bersifat integrated itu disediakan juga ruangan untuk kegiatan
bersama berupa ruang kelas untuk mendengarkan ceramah dan ruangan lain seperti
perpustakaan, ruang olahraga dan lain-lain. Bagi sekolah yang mempergunakan
kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas masih diatur menurut keperluan
kelompok murid sebagai satu kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas
secara permanen. Ruang khusus biasanya disediakan secara terbatas berupa
laboratorium, perpustakaan, sebuah aula untuk kegiatan olah raga, kesenian dan
kegiatan ekstra kelas lainnya.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa bagi sekolah yang
mempergunakan kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan (tradisional dan
modern), jumlah kelas sangat dipengaruhi oleh perencanaan penerimaan
murid atau jumlah murid yang dimiliki. Oleh karena itu dalam rencana
pembangunan gedung atau penambahan ruang kelas, diperlukan catatan kependudukan
yang teliti dengan memperkirakan juga berapa jumlah yang telah terserap oleh
sekolah lain dalam suatu wilayah tertentu.
Untuk mendirikan sebuah sekolah diperlukan perencanaan yang
fisibel (layak) sebagai hasil penelitian atau survey yang teliti terutama untuk
memperoleh lokasi yang tepat. Penelitian itu selain mengenai aspek kependudukan
harus dilakukan juga terhadap situasi lingkungan, kondisi tanah, pendapat
masyarakat, kemungkinan berkomunikasi dengan sumber-sumber kependidikan di
lingkungan sekitar yang sesuai dengan kurikulum/program yang akan dilaksanakan
dan lain-lain. Setelah sebuah gedung sekolah berdiri diperlukan
sarana belajar mengajar yang dapat menunjang efisiensi perwujudan
kurikulum/program sekolah atau kelas perlengkapan minimal bagi sebuah sekolah yang
mempergunakan salah satu bentuk kurikulum tersebut di atas adalah meja dan
kuris murid. Meja dan kuris guru, papan tulis dan kapur tulis. Selanjutnya bagi
sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan
(tradisional dan modern) sekurang-kurangnya diperlukan sejumlah alat peraga
sedang bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum modern diperlukan saran yang
lebih banyak lagi sesuai dengan jenis program yang menjadi tanggung jawabnya.
C. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan
menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya
sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas .
Secara Etimologi atau dalam arti sempit guru yang
berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih luas guru berarti
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung
jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing[2]. Guru dalam
pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kels untuk
menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota
masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif dalam
mengarahkan perkembangan akan didik nya. Untuk menjadi anggota masyarakat
sebagai orang dewasa.
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar
pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan
sehari-hari di sekolah maupun di kelas. Pengetahuan dan pemahamannya tentang
kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam menunaikan profesi
sebagai guru. Kompetensi guru yang dimaksud antara lain mengenai
kompetensi-komptensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan.
Kompetensi itu berkenaan dengan kemampuan dasar teknis edukatif dan
administratif sebagai berikut:
1. Penguasaan bahan
2. Pengelolaan program
belajar mengajar
3. mengelola kelas
4. Penggunaan
media/sumber
5. Mampu mengelola dan
mempergunakan intraksi belajar mengajar
6. Kemampuan melakukan
penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif.
7. Memahami fungsi dan
program Bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Setiap guru sebagai petugas profesional ikut bertanggung
jawab pada tercapainya tujuan pendidikan secara efektif. Oleh karena itu guru
harus ikut dalam menentukan kebijakan kependidikan di kelas/ sekolah. Guru yang
memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong
untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas
terhadap pendidik persiapan yang telah diterimanya.
Dan sebagai pernyataan dari kesadarannya terhadap
perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti, sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
D. Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru
dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak
yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khusus
nya berupa sekolah.
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang
sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap
murid harus memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar
mampu ikut serta dalam kegiatan kelas.
Kelas merupakan unit tersendiri yang
pengelolaannya secara maksimal harus dilakukan dengan mengikutsertakan murid.
Pengelolaan kelas yang berhasil akan menumbuhkan kebanggaan kelas sehingga
meningkatkan rasa solidaritas dan keinginan untuk ikut berpartisipasi di
kalangan murid di kelas tersebut.
E. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus
dipergunakan oleh setiap wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas. Yang
meliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok.
Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas
menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam
mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas, penerapan kegiatan itu antara lain
sebagai berikut.
1. Kegiatan
Administratif Management
Pengelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, komunikasi dan kontrol sebagai
langkah-langkah kegiatan management admnistratif.
2. Kegiatan
Operatif Management Kelas
Kegiatan management administratif kelas harus ditunjang
dengan kegiatan management operatif agar seluruh program kelas berlangsung
efektif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan management operatif kelas meliputi
a. Tata usaha kelas
b. Kegiatan Pembekalan
kelas
c. Kegiatan
keuangan kelas
d. Kegiatan pembinaan
personal atau kepegawaian dikelas.
e. Humas
dilingkungannya kelas
3. Kepemimpinan Wali/
Guru kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan
wali atau guru kelas, untuk itu kepemimpinan diartikan sebagai proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau
tindakan dan tingkah laku orang lain.
Tiga bentuk kepemimpinan mungkin diwujudkan wali/guru kelas
dalam usaha menggerakkan personal di lingkungan kelas masing-masing adalah:
a. Wali atau guru kelas sebagai
pemimpin yang bersifat otoriter
b. Wali atau guru kelas sebagai pemimpin
yang bersifat laissez faire.
c. Wali atau guru kelas sebagai pemimpin
yang bersifat demokratif
4. Disiplin Kelas
Disiplin kelas merupakan bagian yang penting dalam dinamika
kelas, disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam
melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada seorang atau
sekelompok orang dapat dihindari. Disiplin kelas dapat diartikan juga sebagai
suasana tertib dan terpaut akan tetapi penuh dinamika dalam melaksanakan
program kelas terutama dalam mewujudkan proses belajar mengajar.
C. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Keharmonisan hubungan
guru dengan anak didik, tingginya kerjasama diantara anak didik tersimpul dalam
bentuk interaksi karena itu lahirnya interaksi yang optimal tentu saja
tergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas,
berbagai pendekatan tersebut adalah:
- Pendekatan Kekuasaan.
- Pendekatan Ancaman
- Pendekatan Kebebasan
- Pendekatan Resep.
- Pendekatan Pengajaran.
- Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
- Pendekatan Suasanan Emosi dan Hubungan Sosial.
- Pendekatan Elastisatau Pluralistis.
Beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas Seorang wali
atau guru kelas harus mampu menetapkan pilihan yang tepat dalam melakukan
pendekatan untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif[3]. Untuk
memperjelas masalah pendekatan yang akan dipergunakan itu, di bawah ini akan
diketengahkan beberapa alternatif yang dapat dipilih diantaranya:
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behaviorisme)
Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial
(sosio emosional climate approach)
Pendekatan berdasarkan proses kelompok (group process
approach)
Pendekatan electis (electic approach)
D. Prinsip –
prinsip dan Komponen – komponen keterampilan kelas
Diantara prinsip – prinsip pengelolaan kelas tersebut
adalah Hangat dan Antusias, Tantangan, Bervariasi,
Keluwesan, Penekatan pada hal – hal yang positif, serta Penanaman
disiplin diri. Komponen – komponen keterampilan pengelolaan kelas inipada
umumnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal,
terdiri dari ketrampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian
kelompok.
2. Ketrampilan yang
berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Ketrampilan ini berkaitan dengan tanggapan
guru terhadap ganguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru
dapat mengadakan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Dalam menanggapi setiap masalah anak didik dalam kelas guru dapat menggunakan
strategi untuk tindakan perhatian terhadap tingkah laku anak didik strategi itu
adalah Modefikasi tingkah laku, Pendekatan pemecahan masalah kelompok dan
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
E. Penataan Ruang Kelas
Agar terciptanya suasana
belajar yang mengairahkan,perlu diperhatikan pengaturan, penataan ruang kelas,
belajar penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk berkelompok danmemudahkan guru bergerak secara leluasa untukmembantu
siswa dalam belajar. Dalam masalah penataan ruang kelas iniakan diarahkan pada
pembahasan masalah pengaturan alat – alat pengajaran penataan keindahan dan
kebersihan kelas dan ventilasi serta tata cahaya.
F. Pengaturan siswa
Pengaturan siswa dikelas
terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pula pengelompokan siswa guna guna
menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan
belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertambah dalam waktu yang
relatif lama. Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki
peninjauan pada ospek individual siswa penempatan siswa memerlukan pertimbangan
pada aspek postur tubuh siswa dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh
tinggi atau rendah, dimana menempatkan siswa yang memiliki kelainan
penglihatan/pendengaran, siswa yang cerdas, yang bodoh yang pendiam, yang
lincah dan suka berbicara, suka membuat keributan yang suka menggangu
temannya,dan sebagainya, sebaiknya dipisah agar kelompok tidak di dominasi oleh
satu kelompok tertentu.
G. Indikator Keberhasilan Dalam
Pengelolaan Kelas
Ada beberapa indiator dalam pengelolaan kelas diantaranya
sebagai berikut :
1. Guru mengerti
perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2. Sebagai guru jika anda
pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.Guru mengetahui perbedaan
antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk
kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan
rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara
masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan
peraturan kelas.
3. Guru melakukan
pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur
mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
4. Guru tidak
mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi. (stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain)
5. Guru mengerti bahwa
perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa
dipelajari
Ada dua hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan
yang tidak yaitu.
1. Guru yang kurang
berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung
mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama
setahun penuh.
2. Guru yang efektif
menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur.
BAB III
SOLUSI PERMASALAHAN
Pengelolaan
kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan jangankan bagi guru yang baru
menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesionalpun
sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas, namun begitu tidak pernah guru
merasa jemuh dan kemudian jera mengelola kelas setiapkali mengajar di kelas.
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan krtidak mampuan
guru mengelola kelas, dari kegagalan itu adalah prestasi, belajar siswa renda,
tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan karena
itu,pengelolaan kelas merupakan kopetensi guru yang sangat penting di kuasai
oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar – mengajar
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penguraian materi dari bab sebelumnya dapat disimpulkan
dibawah ini bahwa Menjadi seorang pendidik itu harus tau bagaimana cara
mengelola kelas dengan baik agar tercapainya suatu pembelajaran yang efektif
dan efesien.
B. Saran
Dalam makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan
atau kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran
dari teman – teman serta penilai khususnya, dari makalah ini penulis menghimbau
pada teman – teman agar lebih mendalami ilmu pengetahuan dan meningkatkan taqwa
kepada Allah SWT.
Comments
Post a Comment